TUJUH LANGKAH SUKSES BIKIN BAND EMO
api, supaya nggak tanggung, mending kita tahu dulu beberapa hal sebelum bikin band emo. Biar nggak cupu dan nggak melenceng.
1. Cari personil
Tanyain dulu background musik mereka. Suka denger musik apa? Kalo mereka suka dengerin jazz mending nggak usah diajak. Nggak nyambung soalnya. Terus kalo bisa skill musiknya setara semua. Biar gampang dan nyambung. Kan nggak lucu kalo ada salah satu personil masih basic banget skill-nya.
Terus kalo bisa masing-masing personil punya visi yang nyambung. Ini bisa diliat dari referensi yang dikulik. Kalo ada yang dengerin punk dengan segala turunannya bisa ditarik tuh. Secara akar musik emo bermula dari punk dan hardcore punk.
2. Perkaya referensi musik
Band emo bukan cuma Dashboard Confessional, Finch atau MCR doang. Nih musik nggak ujug-ujug nongol ke muka bumi. Ada evolusinya. Nah supaya asik, mending kita perkaya referensi musik. Emang rada susah nyari musik-musik emo awal. Soalnya band-band yang ikut melahirkan musik ini masuk kategori indie. Karena itu distribusinya terbatas.
Ada beberapa nama yang dikenal sebagai pengusung emo awal (emocore). Misalnya, Rites of Spring, Fugazi, Jawbreaker, atau Fuel. Ciri khasnya adalah: personil band-band ini "mantan" pengusung hardcore punk. Kemudian berevolusi menjadi band pengusung rock dengan orientasi gitar, tempo lagu sedang, dan vokal gaya punk.
Maju dikit, kita bergerak ke style emo. Di sini ada kelompok seperti Shotmaker, Moss Icon, the Hated, Silver Bearings, Native Nod, Merel, Hoover, Evergreen, Navio Forge, Still Life, Shotmaker, Policy of Three, Noneleftstanding, Embassy, Ordination of Aaron, Floodgate atau Four Hundred Years.
3. Pake gear khusus
Beberapa band emo pada fase awal perkembangannya banyak yang memakai alat-alat berkaraketeristik khusus. Kayak gitar Gibson Les Paul, SG, dan amplifier Marshall JCM-800. Ini penting karena sound yang keluar dari alat-alat ini punya signature sound yang cocok banget buat musik emo. Apakah berarti kalo nggak ada alat-alat tersebut kita nggak jadi main musik emo? Ya nggak juga sih. Alat-alat itu cuma bikin style dan emosi yang keluar jadi pol. Kalo punyanya gitar Fender atau Peavey misalnya ya nggak apa-apa juga.
4. Belajar ekspresif
Ekspresif? Ya, betul. Emo kan berasal dari kata "emotional". Emo adalah sebuah kata yang mewakili berbagai macam gaya turunan punk rock dengan tingkat emosi tinggi. Jadi kalo mau main musik emo, emosi harus dikedepankan. Bukan marah-marah ya, tapi lebih ke penjiwaan yang dalam.
Sekadar contoh aja nih, musik yang keluar bakal lebih ultra-soft, raungan gitar SG atau Gibson, gaya bernyanyi berbisik dan sesekali berteriak. Untuk gitar salah satu gaya yang selalu muncul adalah octave chord.
Kord oktaf tuh kalo di gitar kira-kira kayak begini. Main kord A flat. Satu nada A di fret 5 senar 6 bakal ditemani satu nada A di fret 7 senar 4. Nah itu kord oktaf namanya. Kord oktaf bakal bikin pitcht yang tinggi saat sound gitarnya keluar serta sangat kaya tekstur. Itu sebab gitar Gibson SG plus Marshall JCM-800 combo sering dipake anak-anak emo.
Semuanya ini nggak maksimal kalo penjiwaaan yang keluar dari masing-masing personil cetek. Esensi emo baru keluar kalo band kita mengeluarkan semua emosi yang ada ke dalam musik dan lagu.
5. Bikin lirik yang personal
Salah satu ciri emo yang lain adalah lirik lagu yang sangat personal dan dalam artinya. Nggak harus soal kondisi sosial, kondisi pribadi juga sah-sah aja. Syaratnya cuma satu: emosi kita bener-bener tercurah di sini. Meski kesannya egois, esensi lirik musik emo adalah cerita yang erat banget hubungannya sama kita.
Nah, kalo mau bikin lagu sendiri, pastiin tuh lirik lagu yang kita besut dalem maknanya buat kita. Yang pada akhirnya bikin orang yang denger ikut larut sama cerita lagu. Kita mungkin pernah membatin saat denger sebuah lagu: "Wah nih lagu gue banget nih liriknya!" Nah efek itu yang dicari.
7. Bergaya Emo
Nggak lengkap rasanya kalo mainin emo tapi nggak bergaya emo. Untuk bergaya emo ada beberapa hal yang kudu diperhatiin.
* Kepala. Kalo punya rambut lurus, rambut harus hitam (nggak boleh dicat pirang) di potong lurus disisir menyimpang ke samping lewat jidat. Terus di bagian kuping potong yang tinggi. Sedikit spike juga boleh tuh. Kalo rambut keriting mending dibotakin aja.
* Pake tato bisa jadi pilihan.
* Kalo pake kacamata pastiin frame-nya dari berwarna hitam. Kalo nggak punya, cari aja frame hitam yang tebal. Inget aja kacamata yang dipake River Cuomo-nya Weezer.
* T-shirt warna gelap yang rada kecil. Kalo perlu beli yang buat anak-anak.
* Pake jaket denim corduray
* Cardigan yang rada sempit atau V-neck sweater
* Kalo bernyali pake make-up juga boleh.
Senin, 26 Januari 2009
Minggu, 18 Januari 2009
huW Qt HRus pDuli MA yang MUda
Sebuah Program yang Berperspektif Remaja
Program pencegahan narkoba dan HIV/AIDS salama ini lebih berfokus pada taktik menakut nakuti, toleransi nol pada narkoba, dan "katakakan saja tidak (jusf say no)". Para remaja seringkali tidak serius menerima informasi tentang narkoba dan HIV/AIDS serta meragukan kebenaran informasi yang diperolehnya. Meskipun pengembangan program pencegahan narkoba dan HIV/AIDS sudah dilakukan, sangat sulit mengetahui cara yang mana, jika ada, yang lebih berhasil dibandingkan yang lain.
Ternyata asumsi yang kita pakai bahwa dengan melebih-lebihkan risiko akan menghalangi mereka mencoba, kenyataannya tidak sepenuhnya benar. Masih banyak yang terus menggunakan narkoba dan kemudian terinfeksi HIV. Kita lupa bahwa bagi mereka yang sudah menggunakan, gertakan dengan melebih-lebihkan resiko tidak cukup manjur.
Jika kita ingin mengembangkan sebuah program kampanye yang 'dekat' dengan remaja maka hal yang perlu kita lakukan adalah mengetahui kelompok sasaran dan karakteristiknya, lalu memutuskan sikap dan perilaku apa yang ingin dirubah dari kelompok sasaran tersebut. Setelah itu, baru dilanjutkan dengan mengembangkan pesan menarik (sesuai dengan kebutuhan dan psikologis kelompok sasaran) yang dapat membuat kelompok sasaran mencapai hasil akhir yang dinginkan. Sangat menarik dan penting, jika kelompok sasaran terlibat langsung dalam merancang pesan kampanye yang akan dilakukan.
Beberapa hal penting yang perlu menjadi fokus perhatian kita jika ingin mengembangkan program kampanye berhasil:
• Apa pesan yang ingin disampaikan melalui program atau kampanye?
• Apakah pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh kelompok sasaran?
• Apakah informasi yang diperlukan kelompok sasaran ada di dalamnya?
• Apakah hal ini cocok dengan situasi kehidupan kelompok sasaran?
• Apakah pesan yang dibuat rnendorong kelompok sasaran untuk berubah?
• Apakah pesan sudah sering dilihat atau didengar kelompok sasaran sehingga mereka jenuh dan bosan karenanya?
• Apakah disain dan rancangan kampanye yang dibuat menarik bagi kelompok sasaran?
Program harus mengakui kemampuan remaja untuk mengambil keputusan, memberikan jawaban yang arif mengapa harus melindungi diri dan teman sebaya, dan menekankan pentingnya sikap tidak berlebihan dan dilandaskan pada keadaan. Kurikulum atau informasi yang akan disampaikan harus cocok untuk usia tertentu, menekankan keikut-sertaan remaja serta bahan-bahan pendidikan (informasi) harus didasari pengetahuan yang objektif. Secara sederhana, ini adalah tangggung jawab orang tua dan guru untuk mengajak remaja dan memberikannya informasi yang dapat dipercaya agar mereka dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab, menghindari penggunaan narkoba, dan tetap bertahan aman dari HIV/AIDS.
Mangapa beberapa remaja mengarah ke narkoba dan perilaku berbahaya lainnya ketika rekan sebaya yang tumbuh dalam lingkungan yang sama, menentang cara kecanduan dan infeksi HIV yang berbahaya?
Kita mendengar alasan mengenai kekerasan, kemiskinan, kurang menghargai seksualitas, kegagalan di sekolah. Tetapi kenyataannya adalah banyak remaja mengalami kekerasan di rumah, namun tidak menengok ke narkoba dan perilaku berisiko terinfeksi HIV.
Memahami kondisi ini, sangat penting sebagai landasan strategis bagi kita untuk mengembangkan sebuah program kampanye narkoba dan HIV/AIDS berperspektif remaja, dimana hak asasi diakui, kondisi psikologis dipertimbangkan kebutuhan diperhatikan, dan proses diperhitungkan.
Begitu juga dengan fenomena narkoba dan HIV/AIDS sehubungan dengan prograrn kampanye penanggulangan yang akan kita rancang. Nilai nilai ini lebih baik dipelihara dalam masyarakat yang penuh perhatian dan mendukung. sekolah-sekolah, lernbaga keagamaan, organisasi rnasyarakat, siapapun, punya peranan yang berarti.
Masalah narkoba hanya dapat dihadapi sepenuhnya ketika "kita", bukan "mereka", meneliti kehidupan, nilai-nilai dan prioritas kita sendiri. Sebagai orang tua, politisi, guru dan perawat, kita semua mempunyai tanggung-jawab untuk menentukan “macam” masyarakat seperti apa yang kita inginkan untuk anak dan cucu kita
Menyalahkan korban, menghukum pecandu, adalah tanggapan enteng terhadap masalah kita bersama. Jika kita ingin menyelamatkan saudara kita, kita semua harus menunjukkan kepada mereka bahwa kita peduli.
Kita tak punya banyak waktu, apa yang kita pahami tentang fenomena ini dan dengan cara bagaimana kita bisa dan akan berkontribusi. Jika selama ini kita belum mengerti, bukan salah siapa-siapa, mungkin karena kita belum slap. Pertanyaan berikutnya adalah 'Kapankah kita akan slap?". Tidak usah mencari jawaban kemana mana, karena jawabannya ada di dalam hati kita.
Program pencegahan narkoba dan HIV/AIDS salama ini lebih berfokus pada taktik menakut nakuti, toleransi nol pada narkoba, dan "katakakan saja tidak (jusf say no)". Para remaja seringkali tidak serius menerima informasi tentang narkoba dan HIV/AIDS serta meragukan kebenaran informasi yang diperolehnya. Meskipun pengembangan program pencegahan narkoba dan HIV/AIDS sudah dilakukan, sangat sulit mengetahui cara yang mana, jika ada, yang lebih berhasil dibandingkan yang lain.
Ternyata asumsi yang kita pakai bahwa dengan melebih-lebihkan risiko akan menghalangi mereka mencoba, kenyataannya tidak sepenuhnya benar. Masih banyak yang terus menggunakan narkoba dan kemudian terinfeksi HIV. Kita lupa bahwa bagi mereka yang sudah menggunakan, gertakan dengan melebih-lebihkan resiko tidak cukup manjur.
Jika kita ingin mengembangkan sebuah program kampanye yang 'dekat' dengan remaja maka hal yang perlu kita lakukan adalah mengetahui kelompok sasaran dan karakteristiknya, lalu memutuskan sikap dan perilaku apa yang ingin dirubah dari kelompok sasaran tersebut. Setelah itu, baru dilanjutkan dengan mengembangkan pesan menarik (sesuai dengan kebutuhan dan psikologis kelompok sasaran) yang dapat membuat kelompok sasaran mencapai hasil akhir yang dinginkan. Sangat menarik dan penting, jika kelompok sasaran terlibat langsung dalam merancang pesan kampanye yang akan dilakukan.
Beberapa hal penting yang perlu menjadi fokus perhatian kita jika ingin mengembangkan program kampanye berhasil:
• Apa pesan yang ingin disampaikan melalui program atau kampanye?
• Apakah pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh kelompok sasaran?
• Apakah informasi yang diperlukan kelompok sasaran ada di dalamnya?
• Apakah hal ini cocok dengan situasi kehidupan kelompok sasaran?
• Apakah pesan yang dibuat rnendorong kelompok sasaran untuk berubah?
• Apakah pesan sudah sering dilihat atau didengar kelompok sasaran sehingga mereka jenuh dan bosan karenanya?
• Apakah disain dan rancangan kampanye yang dibuat menarik bagi kelompok sasaran?
Program harus mengakui kemampuan remaja untuk mengambil keputusan, memberikan jawaban yang arif mengapa harus melindungi diri dan teman sebaya, dan menekankan pentingnya sikap tidak berlebihan dan dilandaskan pada keadaan. Kurikulum atau informasi yang akan disampaikan harus cocok untuk usia tertentu, menekankan keikut-sertaan remaja serta bahan-bahan pendidikan (informasi) harus didasari pengetahuan yang objektif. Secara sederhana, ini adalah tangggung jawab orang tua dan guru untuk mengajak remaja dan memberikannya informasi yang dapat dipercaya agar mereka dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab, menghindari penggunaan narkoba, dan tetap bertahan aman dari HIV/AIDS.
Mangapa beberapa remaja mengarah ke narkoba dan perilaku berbahaya lainnya ketika rekan sebaya yang tumbuh dalam lingkungan yang sama, menentang cara kecanduan dan infeksi HIV yang berbahaya?
Kita mendengar alasan mengenai kekerasan, kemiskinan, kurang menghargai seksualitas, kegagalan di sekolah. Tetapi kenyataannya adalah banyak remaja mengalami kekerasan di rumah, namun tidak menengok ke narkoba dan perilaku berisiko terinfeksi HIV.
Memahami kondisi ini, sangat penting sebagai landasan strategis bagi kita untuk mengembangkan sebuah program kampanye narkoba dan HIV/AIDS berperspektif remaja, dimana hak asasi diakui, kondisi psikologis dipertimbangkan kebutuhan diperhatikan, dan proses diperhitungkan.
Begitu juga dengan fenomena narkoba dan HIV/AIDS sehubungan dengan prograrn kampanye penanggulangan yang akan kita rancang. Nilai nilai ini lebih baik dipelihara dalam masyarakat yang penuh perhatian dan mendukung. sekolah-sekolah, lernbaga keagamaan, organisasi rnasyarakat, siapapun, punya peranan yang berarti.
Masalah narkoba hanya dapat dihadapi sepenuhnya ketika "kita", bukan "mereka", meneliti kehidupan, nilai-nilai dan prioritas kita sendiri. Sebagai orang tua, politisi, guru dan perawat, kita semua mempunyai tanggung-jawab untuk menentukan “macam” masyarakat seperti apa yang kita inginkan untuk anak dan cucu kita
Menyalahkan korban, menghukum pecandu, adalah tanggapan enteng terhadap masalah kita bersama. Jika kita ingin menyelamatkan saudara kita, kita semua harus menunjukkan kepada mereka bahwa kita peduli.
Kita tak punya banyak waktu, apa yang kita pahami tentang fenomena ini dan dengan cara bagaimana kita bisa dan akan berkontribusi. Jika selama ini kita belum mengerti, bukan salah siapa-siapa, mungkin karena kita belum slap. Pertanyaan berikutnya adalah 'Kapankah kita akan slap?". Tidak usah mencari jawaban kemana mana, karena jawabannya ada di dalam hati kita.
Langganan:
Postingan (Atom)